Tidur adalah kebutuhan alamiah setiap manusia karena baik untuk kesehatan tubuh, termasuk otak. Jika seseorang kurang tidur, performa bisa menurun dan rentan terkena penyakit. Demi mengatasi insomnia ada yang mengonsumsi obat tidur yang mengandung bahan kimia. Cara tersebut berbahaya dan dapat memberikan efek samping buruk pada tubuh. Itulah sebabnya tidur sangat penting bagi semua individu. Namun, ada juga orang yang memiliki masalah insomnia, alias susah tidur.
Obat tidur adalah jenis obat yang diresepkan oleh dokter sebagai pengobatan jangka pendek untuk masalah gangguan tidur. Penggunaan obat tidur wajib di bawah pengawasan dokter. Jika tidak dikonsumsi dengan bijak, obat tidur dapat membawa efek samping yang berbahaya, mulai dari gangguan ingatan, alergi, hingga ketergantungan. Anda mengalami gangguan tidur? Jangan terburu-buru mengonsumsi obat tidur untuk mengatasinya. Sebelum Anda memutuskan untuk menggunakannya, ada baiknya mengetahui apa saja efek samping yang dapat ditimbulkan akibat penggunaan obat tidur.
Insomnia
Efek Samping Obat Tidur
Seperti halnya obat-obatan lain, obat tidur juga memiliki efek samping. Efek samping setiap obat tidur berbeda-beda tergantung jenisnya. Berikut beberapa efek samping yang umum terjadi:
- Perubahan nafsu makan.
- Berat badan bertambah.
- Perubahan suasana hati (mood) atau perilaku.
- Perubahan libido.
- Gangguan pada ingatan dan tidak fokus.
- Sensasi terbakar atau kesemutan pada kaki, lengan, tangan.
- Diare.
- Susah buang air besar atau kecil.
- Susah menjaga keseimbangan.
- Membuat anggota tubuh bergetar (tremor).
- Sakit kepala.
- Mulut atau tenggorokan kering.
- Sering buang angin.
- Mengantuk di siang hari.
- Lemas.
- Nyeri perut.
- Mual.
- Detak jantung tidak teratur.
- Reaksi alergi parah yang disebut anafilaksis. Reaksi ini dapat meliputi angioedema, yaitu pembengkakan parah pada wajah.
- Menimbulkan ketergantungan. Tanpa obat tidur, Anda menjadi merasa semakin sulit tidur. Bahkan aktivitas tidur bisa menjadi saat yang paling mencemaskan.
Pada kasus tertentu efek samping dapat menjadi parah seperti parasomnia, yaitu tingkah laku dan tindakan yang tidak dapat dikontrol. Orang yang mengalami parasomnia menjadi tidak sadar apa yang terjadi. Di tengah ketidaksadarannya, penderita dapat berjalan, makan, bahkan menelepon sambil tidur.
Yang Perlu Diperhatikan
Obat tidur juga dapat berbahaya bagi orang-orang dengan penyakit tertentu, misalnya asma. Obat tidur dapat membuat penderita asma sulit bernapas karena efek samping dari obat tidur dapat membuat seseorang bernapas lebih lambat dan pelan. Mereka yang memiliki tekanan darah tinggi, gangguan ginjal, serta riwayat kejang juga perlu waspada. Begitu pula wanita hamil dan menyusui, orang lanjut usia, serta orang yang sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat bereaksi dengan obat tidur.
Jika memang Anda perlu mengonsumsi obat tidur, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, di antaranya:
- Sebelum mengonsumsi obat tidur, ada baiknya periksakan diri terlebih dahulu ke dokter untuk mengetahui penyebab atau latar belakang terjadinya insomnia.
- Obat tidur dianjurkan dikonsumsi 15 menit sebelum waktu tidur. Jika tidak, obat ini dapat membuat Anda kehilangan konsentrasi dan kesadaran, sehingga akan membahayakan Anda saat ber
- Pastikan Anda membaca semua instruksi termasuk dosis yang tertera pada label, terutama pada bagian efek samping. Konsultasikan ke dokter jika ada informasi yang tidak Anda mengerti.
- Jangan sekali-sekali mengonsumsi minuman keras bersamaan dengan obat tidur. Perpaduan obat tidur dan alkohol akan meningkatkan efek samping keduanya, dan dapat menyebabkan henti napas yang bisa berakibat fatal.
- Anda juga tidak disarankan mengonsumsi jeruk Bali ataupun jus jeruk Bali saat mengonsumsi obat tidur. Buah ini berisiko meningkatkan dan mempertahankan kadar obat yang diserap pembuluh darah sehingga menyebabkan dosis berlebih.
- Hindari mengonsumsi suatu jenis obat tidur yang baru pertama kalinya Anda pakai, bila di pagi harinya Anda akan menjalani sebuah kegiatan penting seperti wawancara kerja atau rapat besar. Anda tidak tahu bagaimana tubuh Anda akan bereaksi terhadap obat tersebut.
- Beberapa jenis obat tidur memang hanya ditujukan untuk konsumsi jangka pendek, misalnya 10 hari. Maka, hindari mengonsumsi obat tidur dalam jangka waktu lebih lama dari yang direkomendasikan dokter Anda.
- Penghentian konsumsi obat tidur memerlukan waktu penyesuaian. Terkadang insomnia dapat kembali muncul saat obat tidur berhenti digunakan. Konsultasikan ke dokter untuk menghentikan penggunaan obat tidur secara bertahap.
Segera periksakan diri ke dokter jika setelah mengonsumsi obat tidur, Anda mengalami nyeri dada, sulit bernapas, gangguan penglihatan, ruam, gatal, bengkak pada mata, wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan. Pada akhirnya, mengonsumsi obat tidur disarankan menjadi alternatif terakhir setelah menempuh cara-cara lain yang lebih aman untuk menangani insomnia.