Proses Penyembuhan OCD

Beberapa waktu lalu kita membahas gejala secara umum OCD dan sekarang kita ingin membahas, Apa saja pilihan pengobatan untuk obsessive compulsive disorder (OCD)? Gangguan obsesif kompulsif dapat diobati dengan melakukan kombinasi terapi dan terapi perilaku kognitif.

Pemberian Obat

Dokter mungkin akan memberi resep obat untuk mengontrol obsesi mental dan perilaku kompulsif. Biasanya, antidepresan atau obat pengurang stress adalah pilihan pertama, di antaranya:

  • Clomipramine (Anafranil);
  • Fluvoxamine (Luvox CR);
  • Fluoxetine (Prozac);
  • Paroxetine (Paxil, Pexeva);
  • Sertraline (Zoloft).

Terapi Perilaku Kognitif

Jika Anda sering memiliki pikiran negatif, ini bisa membuat Anda menderita gangguan mental  dalam jangka panjang. Terapi kognitif dapat membantu Anda untuk menemukan kebiasaan bawah sadar yang menyebabkan pikiran itu terjadi. Selanjutnya terapi tersebut akan menuntun Anda untuk menemukan kebiasaan lain yang dapat digunakan untuk menghindari pikiran negatif tersebut. Saat cara berpikir Anda sudah berubah lebih baik, kemungkinan gejala penyakit OCD sudah teratasi.

Apa Saja Tes Umum yang Biasa Dilakukan Untuk Mendeteksi Obsessive Compulsive Disorder (OCD) ?

Dokter biasanya mengdiagnosis penyakit OCD berdasarkan gejala yang Anda jelaskan. Mereka akan melakukan pemeriksaan klinis untuk mengurangi penyebab gejala tersebut. Dokter juga mungkin akan melakukan evaluasi psikologis melalui metode penilaian psikologis, seperti menilai status mental pasien melalui penampilan, sikap, pemikiran, mood, ketakutan, halusinasi, kecanduan penyalahgunaan obat, dan kemungkinan melakukan kekerasan atau bahkan bunuh diri.

Pengobatan di Rumah

Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi obsessive compulsive disorder (OCD)? Gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda untuk mengatasi gangguan obsesif kompulsif di antaranya:

  • bicarakan pada dokter Anda jika gejala semakin kuat atau bertambah buruk setelah penanganan dalam waktu tertentu
  • bicarakan pada dokter Anda jika terdapat gejala baru atau Anda merasa tidak nyaman saat mengonsumsi obat yang diberikan
  • lakukan olahraga ringan
  • minum obat yang telah diberikan oleh dokter meskipun Anda sudah merasa lebih baik. Berhenti mengonsumsi obat dapat mengembalikan gejala gangguan obsesif kompulsif

Gejala OCD Secara Umum

Jika beberapa waktu lalu anda sudah membaca artikel kami yang membahas khusus OCD, ini adalah kelanjutan dari pembahasan OCD secara umum. Gejala OCD meliputi pikiran yang mengganggu dan timbul terus menerus (obsesif), serta perilaku yang dilakukan berulang-ulang (kompulsif). Namun, beberapa penderita OCD hanya mengalami pikiran obsesif tanpa disertai perilaku kompulsif, atau sebaliknya.

Pikiran dan perilaku ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, pekerjaan, dan hubungan sosial penderita, baik disadari maupun tidak.

Pikiran Obsesif

Obsesif adalah gangguan pikiran yang terjadi terus menerus dan menimbulkan rasa cemas atau takut. Semua orang kadang mengalami hal ini, tetapi pada penderita OCD, pikiran tersebut muncul berulang-ulang dan menetap. Pikiran obsesif bisa tiba-tiba muncul ketika penderita OCD sedang memikirkan atau melakukan hal lain.

Beberapa pikiran obsesif antara lain:

  • Takut kotor atau terkena penyakit, misalnya menghindari bersalaman dengan orang lain atau menyentuh benda yang disentuh banyak orang.
  • Sangat menginginkan segala sesuatu tersusun selaras atau teratur dan tidak senang bila melihat sekumpulan benda menghadap ke arah yang berbeda.
  • Takut melakukan sesuatu yang bisa berdampak buruk pada diri sendiri dan orang lain, misalnya merasa ragu apakah sudah mematikan kompor atau mengunci pintu.

Hipnoterapi Kesehatan | Konsultasi Psikologi | Terapi Depresi

Perilaku Kompulsif

Kompulsif adalah perilaku yang dilakukan berulang-ulang, guna mengurangi rasa cemas atau takut akibat pikiran obsesif. Perasaan lega sesaat bisa muncul setelah melakukan perilaku kompulsif, namun kemudian gejala obsesif akan muncul kembali dan membuat penderita mengulangi perilaku kompulsif.

Penderita OCD bisa saja menyadari bahwa perilaku yang mereka lakukan berlebihan. Akan tetapi, mereka merasa harus melakukannya dan tidak dapat menghentikannya.

Gejala perilaku kompulsif meliputi:

  • Mencuci tangan berkali-kali sampai lecet.
  • Menyusun benda menghadap ke arah yang sama.
  • Memeriksa berulang kali apakah sudah mematikan kompor atau mengunci pintu.

Gejala gangguan obsesif kompulsif sering kali menyerang di awal usia dewasa dan cenderung memburuk seiring usia penderita bertambah. Selain memburuk seiring bertambahnya usia, gejala OCD juga semakin parah bila penderita mengalami stres.

Kapan Harus ke Psikiater atau Terapis atau Hipnoterapi

Tidak semua pikiran atau perilaku yang menimbulkan rasa cemas dikategorikan sebagai obsesif kompulsif. Wajar ketika kadang-kadang seseorang melakukan cek ulang terhadap suatu tindakan yang sudah dilakukan. Pikiran dan perilaku tersebut dianggap tidak wajar bila:

  • Paling tidak dalam 1 hari menghabiskan waktu 1 jam untuk memikirkan atau melakukan tindakan tersebut.
  • Tidak mendapatkan kesenangan dari perilakunya, tetapi hanya rasa lega yang bertahan sementara.
  • Tidak dapat mengendalikannya, meskipun menyadari pikiran atau perilaku tersebut sudah berlebihan.
  • Perilaku dan perbuatan mengganggu aktivitas sehari-hari.

Segera periksakan diri ke psikiater atau terapis atau hipnoterapi apabila sudah mengalami kondisi seperti ini. Jika tidak segera ditangani, OCD bisa berlangsung bertahun-tahun dan menyebabkan depresi. Pada tingkatan yang parah, depresi dapat mendorong penderitanya untuk melakukan percobaan bunuh diri.

Jenis-Jenis Anxiety

Beberapa waktu lalu kita sudah mengenal Anxiety (baca juga: Apakah itu Penyakit Anxiety?) atau kecemasan adalah respons alami tubuh terhadap stres. Hal ini dapat muncul sebagai perasaan khawatir atau justru takut pada apa yang akan terjadi nanti. Misalnya, tentang hari pertama di sekolah, wawancara kerja, atau saat memberikan pidato yang dapat menyebabkan sebagian orang merasa gugup. Tapi tidak semua orang merasakan cemas apabila menghadapi situasi tersebut.

kali ini, kami mencoba menjelaskan beberapa jenis dari Anxiety atau kecemasan, berikut penjelasannya:

  • Gangguan kecemasan menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder).
    Rasa kekhawatiran yang berlebihan tentang hal-hal yang belum tentu akan terjadi, atau terlalu mengkhawatirkan hal-hal sederhana seperti kesehatan, keselamatan, uang, dan aspek kehidupan sehari-hari lainnya yang berlangsung selama 6 bulan atau lebih. Seringkali disertai nyeri otot, kelelahan, sakit kepala, mual, sesak napas, dan insomnia. Penderita gangguan ini merasa sulit untuk merasa rileks, selalu merasa tegang atau tidak nyaman, dan sulit atau bahkan tidak bisa berkonsentrasi. Gangguan-gangguan tersebut seringkali tidak diketahui dengan jelas penyebabnya namun kecemasan ini menetap dan mengganggu .
  • Fobia.
    Fobia merupakan bagian dari anxiety yang menyebabkan ketakutan yang tidak rasional terhadap hal-hal atau situasi tertentu, seperti laba-laba, berada di keramaian, berada di ketinggian, atau berada di ruangan tertutup. Ketakutan terhadap situasi atau benda-benda yang umumnya tidak menimbulkan rasa takut bagi kebanyakan orang seperti eskalator, berada di dalam air, naik pesawat, atau terhadap warna atau angka tertentu merupakan tanda gejala fobia. Penderita fobia akan merasa ketakutan atau cemas yang berlebihan jika terpapar pada kondisi atau benda tersebut sehingga tak jarang menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari hanya untuk menghindari hal pencetus fobia tersebut.
  • Gangguan kecemasan sosial.
    Gangguan ini juga disebut fobia sosial. Penderita gangguan ini memiliki kesadaran diri yang luar biasa meningkat dalam pertemuan sosial, karena merasa diawasi dan dinilai oleh orang lain, serta takut merasa malu terutama pada saat berada di keramaian. Hal ini dapat menimbulkan masalah apabila penderitanya bekerja di bidang yang mengharuskannya untuk berbicara di depan umum atau berhadapan dengan khalayak ramai.
  • Gangguan stres pascatrauma (PTSD).
    Gangguan ini dapat muncul pada seseorang yang pernah mengalami kejadian atau berada di situasi berbahaya, tragis, atau traumatis yang dapat mengancam nyawa. Penderita PTSD seringkali merasa takut atau merasa seperti melihat kilas balik pada keadaan yang mencetuskan timbulnya gangguan. Gangguan ini bisa diderita oleh orang yang pernah tinggal di daerah konflik atau perang, terkena bencana alam, atau korban kekerasan. Keadaan yang mencetuskan keluhan ini seringkali muncul dalam ingatan dan kadang dalam bentuk mimpi. Penderita gangguan ini juga tidak jarang mengalami depresi, insomnia, hingga penyalahgunaan obat atau minuman beralkohol untuk mengatasi gangguannya.
  • Gangguan panik.
    Adanya perasaan takut atau panik yang berulang dan tidak beralasan. Disertai dengan detak jantung yang cepat, berkeringat, pusing, dan merasa lemah.  Gangguan ini dapat muncul kapan saja dan mendadak. Orang dengan gangguan panik tidak dapat memprediksi kapan gangguan tersebut akan muncul atau apa pencetusnya. Keluhan ini banyak menyebabkan disabilitas sosial bahkan fisik karena penderitanya akan merasa takut jika serangan panik ini muncul.
  • Gangguan obsesif atau kompulsif (OCD).
    Gangguan ini memiliki ciri khas pikiran obsesif, seperti rasa ketakutan yang tidak masuk akal, dan disertai dengan tindakan kompulsif. Contohnya mencuci tangan berulang kali untuk meringankan rasa cemas karena merasa kotor yang dihasilkan oleh pikiran. Pikiran ini sulit dikendalikan dan bersifat menetap dan berulang sehingga menimbulkan gangguan aktivitas atau perilaku yang dianggap aneh oleh orang lain. Beberapa kasus ekstrim yang diderita oleh penderita OCD yaitu mengunci pintu dan kemudian memeriksanya kembali hingga berkali-kali untuk memastikan bahwa pintu telah terkunci. Perilaku obsesif-kompulsif ini dapat menyebabkan penderitanya terlambat bekerja atau kadang tidak beraktivitas sama sekali karena merasa cemas berlebih jika dorongan untuk melakukan tindakan tersebut tidak diikuti.
  • (Baca Juga: Mengenal Anxiety)

Perlu diingat, gangguan kecemasan adalah gangguan mental yang sering menimbulkan disabilitas bagi penderitanya. Gangguan kecemasan tak jarang menyebabkan depresi, ide bunuh diri untuk menghindari rasa cemas berlebih, pikiran irasional, hingga penyalahgunaan obat atau minuman beralkohol untuk menghilangkan gejala. Gejala cemas disertai adanya gangguan persepsi atau paham, mood, keluhan menetap dan semakin berat tanpa sebab yang jelas adalah kondisi yang perlu segera ditangani.

Penanganan yang dapat dilakukan yaitu psikoterapi dengan salah satu metodenya yaitu CBT atau terapi perilaku kognitif, terapi relaksasi, dan perpaduan antara psikoterapi dan obat-obatan anxiolytic seperti obat penenang atau penghilang rasa cemas. Penggunaan obat-obatan penenang harus dengan resep dan pengawasan dokter.  Jika disalahgunakan, obat-obatan tersebut dapat menimbulkan keluhan atau gangguan perilaku lain yang dapat memperberat gangguan yang sudah dialami. Oleh karena itu, penanganan terhadap kondisi-kondisi tersebut adalah penanganan yang perlu dilakukan oleh tim ahli.

Jika Anda mengalami kecemasan atau anxiety, perubahan gaya hidup tertentu dapat meringankan gejala yang ditimbulkannya. Beberapa teknik untuk mengurangi kecemasan meliputi makan makanan bergizi seimbang dan sehat, membatasi konsumsi kafein dan alkohol, cukup tidur, bermeditasi, latihan pernapasan, berolahraga secara teratur, menulis catatan harian atau diary, mengenali beberapa faktor yang memicu stres/kecemasan Anda, dan berbicara dengan teman. Jadikanlah faktor pencetus rasa cemas sebagai hal yang positif agar Anda termotivasi untuk bekerja lebih baik atau memperbaiki diri. Jika faktor pencetus telah teratasi dan rasa cemas menetap atau justru semakin berat, maka Anda perlu berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater.

Obsessive Compulsive Disorder (OCD)

Hipnoterapi Kesehatan
Terapi Depresi

Obsessive compulsive disorder (OCD) adalah gangguan mental yang menyebabkan penderitanya merasa harus melakukan suatu tindakan secara berulang-ulang. Bila tidak dilakukan, penderita OCD akan diliputi kecemasan atau ketakutan.

Gangguan obsesif kompulsif dapat dialami oleh siapa saja. Meski lebih sering terjadi di awal usia dewasa, OCD juga bisa terjadi pada anak-anak atau remaja. Penderita OCD terkadang sudah menyadari bahwa pikiran dan tindakannya tersebut berlebihan, tetapi tetap merasa harus melakukannya dan tidak dapat menghindarinya.

 

Penyebab dan Faktor Resiko OCD

Penyebab OCD belum diketahui secara pasti, namun terdapat sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami OCD, yaitu:

  • Menderita gangguan mental
  • Memiliki anggota keluarga yang menderita OCD
  • Pernah mengalami peristiwa tidak menyenangkan
  • Perkembangan psikologis
  • Cedera kepala
  • Infeksi
  • Kelainan fungsional dari beberapa bagian otak.

Baca Juga: Mengenal Tipe-tipe OCD

Hipnoterapi Kesehatan
Terapi Depresi


Gejala dan Diagnosis OCD

Gejala OCD adalah gangguan pikiran yang menimbulkan rasa cemas atau takut terus menerus, dan perilaku yang dilakukan berulang kali guna menghilangkan kecemasan tersebut. Sebagai contoh, penderita OCD yang takut terkena penyakit, akan mencuci tangan secara berlebihan.

Psikiater akan melakukan wawancara secara mendalam mengenai pikiran dan perilaku yang timbul, serta menggali dampaknya pada kehidupan penderita. Psikiater juga akan memastikan dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lanjutan, untuk melihat adanya penyakit lain yang bisa mengakibatkan munculnya gejala OCD.

 

Pengobatan OCD

Pengobatan OCD bertujuan untuk mengendalikan gejala yang muncul, sehingga metode yang dilakukan tergantung kepada tingkat keparahan gejala. Metode pengobatan bagi penderita OCD dapat berupa terapi perilaku kognitif, pemberian obat antidepresan, atau kombinasi dari kedua metode tersebut. Pada beberapa penderita, pengobatan perlu dilakukan seumur hidup.

apakah itu penyakit OCD ( Obsessive Compulsive Disorder )

Herumindset Palm88
Hipnoterapi Kesehatan

Obsessive compulsive disorder atau OCD adalah salah satu bentuk kelainan kecemasan klinis yang ditandai adanya perilaku obsesif (harus/ tidak ada toleransi) yang berkaitan dengan perilaku kompulsif (melakukan sesuatu secara berulang – ulang seperti ritual). Perilaku kompulsif ini bertujuan untuk menetralisasi perilaku obseesifnya. 

Hampir semua ahli sepakat bahwa segala jenis anxiety disorder (gangguan kecemasan, termasuk OCD) berkaitan dengan kegagalan attachment (ikatan emosional yang kuat antara bayi dan pengasuhnya, baik orang tua maupun pengasuh sebenarnya). Attachment ini sangat dibutuhkan bayi di masa – masa awal kehidupannya di dunia. Bila memiliki dasar attachment yang kuat, bayi akan merasa percaya diri karena merasa ada individu yang selalu siap melindunginya. 

Dalam kehidupan sehari – hari, memang banyak perilaku yang seolah – olah tampak seperti menderita OCD. Misalnya, ada orang yang merasa tidak cukup satu kali memeriksa apakah pintu dan jendela sudah di kunci sebelum meninggalkan rumah atau ada yang berkali – kali merapikan rambutnya karena tak ingin tampak berantakan di depan orang lain. 

Namun, sampai batas- batas tertentu, kondisi tersebut sebenarnya lebih tepat di sebut perilaku perfeksionisme (penuntut kesempurnaan). Perlu diketahui, kecenderungan perfeksionis berbeda dengan perilaku OCD, meski sama – sama mengandung unsur kompulsif. 

Seseorang baru bisa di sebut OCD bila antara lain, memiliki beberapa kecenderungan. Antara lain, obsesinya itu disebabkan oleh kecemasan yang sulit diterima akal sehat. Selain itu, juga terdapat pikiran, dorongan (impuls) dan bayangan yang tidak berkaitan dengan masalah nyata. Bagi penderita OCD, semua itu berusaha ditekan atau di hilangkan dengan pikiran atau perilaku lain yang bersifat kompulsif. Misalnya, bila ia tidak mencuci tangan setiap lima menit sekali, maka di kepalanya muncul pikiran ia akan terkena kuman dan meninggal. 

OCD ( Obsessive Compulsive Disorder )
Hipnoterapi Kesehatan

Dari sudut pandang psikologi, perfeksionisme adalah suatu keyakinan pada diri individu bahwa kesempurnaan dapat dan harus dicapai dalam bentuk yang patologis (kecenderungan penyakit), perfeksionisme adalah suatu keyakinan pada diri seseorang bahwa segala sesuatu yang kurang sempurna tidak dapat diterima/ di toleransi. Orang lain yang tidak sepaham dengannya, di anggap tidak mau diajak menjadi lebih baik. Tak heran bila perilaku itu sering kali mengganggu interaksi dengan orang lain. 

Perfeksionisme umumnya berakar dari pola asuh dalam keluarga yang cenderung otoritarian, yaitu orang tua memberikan kontrol yang kuat dan tuntutan yang tinggi pada anak – anaknya dan dibarengi dengan cinta yang bersyarat (artinya, penghargaan dan cinta hanya akan diberikan bila anak menuruti keinginan orang tua). Pola itu akan tertanam pada diri anak hingga dia dewasa. 

Meski tidak berikatan langsung dengan OCD, sebenarnya perfeksionisme merupakan salah satu ciri dari OCPD (obsessive compulsive personal disorder). Apa yang di maksud dengan OCPD dan apa bedanya dengan OCD? Jawabnya, kalau penderita OCD menyadari bahwa perilakunya memang tidak rasional dan ia menjadi tersiksa sendiri. Penderita OCPD justru merasa nyaman dengan kondisinya. Akibatnya, sangat sulit meyakinkan kepadanya bahwa dia memiliki perilaku menyimpang. 

Dengan kata lain, kalau OCD bersifat ego dystonic (penyimpangan tidak berkaitan dengan konsep diri penderita), maka OCPD bersifat ego syntonic (oleh penderita di anggap sebagai bagian dari konsep dirinya, sehingga tidak dirasakan sebagai penyimpangan).